MEDIA PAMER PENTING UNTUK MENINGKATKAN PENJUALAN

Minggu, 14 April 20130 komentar


Dalam kegiatan berniaga atau transaksi jual-beli mempersyaratkan adanya penjual, pembeli, obyek barang/jasa yang akan diperjual belikan, ijab qobul/kesepakatan/ perjanjian dan alat/cara bayar.
Suatu kewajiban bagi penjual sebelum menjual barang atau jasa kepada pembeli untuk memperlihatkan obyek yang ditawarkan berupa barang-barang produksinya kalau dia produsen, berbagai jenis/type barang niaga tertentu kalau yang bersangkutan adalah leveransir/grosir/pengecer atau reseller, atau pelayanan jasa tertentu misalnya kesehatan, design arsitektur, perancangan perangkat keras/lunak, karya seni, advokasi, pendidikan, dlsb.  Tanpa terlebih dahulu melihat barang walau minimal sample/contohnya, pembeli tidak akan percaya karena dianggap tidak fair.
Sedangkan mengenai pembeli, ijab qobul (perjanjian) dan alat/cara bayar tidak dibicarakan.
Disini hanya membahas kegiatan yang berkaitan dengan cara meningkatkan penjualan dalam bentuk media pamer.
Media pamer obyek penjualan dapat berupa etalase toko/dasaran pasar di pasar modern/tradisional/mobile kaki lima, penjualan kanvas, brosur, iklan di mass media atau internet, dan gelaran stand/booth promosi expo pada iven tertentu.
Khusus expo dalam rangka iven tertentu yang diselenggarakan oleh pemerintah, swasta, perusahan dengan kegiatan CSR-nya, asosiasi atau panitia tersendiri dengan tujuan untuk membantu mengenalkan produk, membuka chanel dengan buyers, meningkatkan penjualan dan pembelajaran pasar yang intinya adalah memberikan pengetahuan dan pemahaman produk kepada calon pembeli.
Tidak akan terjadi pembelian apabila tidak ada kesepakatan harga, jaminan kwalitas, kuantitas, dan kontinuitas. Apabila sarat-sarat minimal tersebut tidak tersedia, pembeli pasti berpaling mencari produk lain yang sesuai dengan kebutuhannya karena pembeli punya uang sehingga berhak memilih, disini pembeli diibaratkan raja yang benar-benar harus dilayani.

Untuk memberikan gambaran nyata bagi pembaca, beberapa hari lalu kami telah menghadiri PKBL-BUMN EXPO 2013, berlangsung selama 5 hari dari tanggal 10 hingga 14-4-2013 (berakhhir hari ini) bertempat di Graha Manggala Siliwangi Bandung yang diselenggarakan oleh Koordinator PKBL-BUMN wilayah Jawa Barat, CDC Telkom didukung oleh Dewan Kerajinan Nasional Daerah (DEKRANASDA) Jawa Barat, PT BRI, PT Pos Indonesia, PTPN VIII, dll. diikuti oleh 62 Mitra Binaan PKBL-BUMN dari daerah Jawa Barat dan daerah lain terutama Pengusaha Mikro Kecil yang berada di Pulau Jawa.

Dini Gantini dengan pernak-perniknya
Dari bincang-bincang dengan beberapa Mitra Binaan seperti dikemukakan oleh Dini Gantini pemilik “Pernik I’ona” yang beralamat di Perum Permata Biru Blok AD Baru No. 14 RT 02  RW 24 ,Tlp. 022-4211423 Cibiru Cileunyi ini mengatakan: “Adanya Expo ini dapat membantu pengusaha mikro seperti saya mendapatkan fasilitas promosi gratis untuk mengenalkan barang dagangan”.
“Kenapa anda tertarik menjual berbagai pernak-pernik hasil kerajinan ini?” Dini yang mempunyai hobby mengumpulkan  handicraft dari berbagai daerah sejak masa lajangnya beralasan bahwa karena pengaruh obsesinya untuk dapat mengenalkan hasil kerajinan Nusantara mulai dari Aceh sampai ujung timur Papua.  Menurutnya pernak-pernik etnik selain artistik juga unik karena dapat mencerminkan budaya daerah pembuatnya. Disisi lain dengan adanya pengepul dapat membantu para pengrajin di sentra produksi untuk mendapatkan pasar yang lebih luas dan pasti. Saat ini baru dapat tertangani barang kerajinan yang berasal dari 7 provinsi di Jawa dan Bali, namun demikian dia terus berusaha menjalin kerjasama dengan pengrajin daerah lainnya di Nusantara. Apabila disimak penjualannya memang masih dengan cara konvensional yaitu menggunakan etalase pajangan dan kontak person to person (tatap muka) belum memanfaatkan penawaran melalui media internet.
Dalam hal permodalan, BUMN Pembina juga belum dapat memberikan bantuan pendampingan secara optimal atau intens. Sedangkan pihak Bank yang diharapkan dapat memberi kemudahan dalam pinjaman modal masih setengah hati atau boleh dibilang tidak serius karena selain harus memberikan agunan sebagai jaminan, prosentase realisasi yang diberikan tidak seimbang dengan nilai agunan yang dipertaruhkan.

Ahmad T., Renny Cramic
Sementara Ahmad Taruna dari “Renny Ceramic” yang mempunyai alamat workshop di Jojoran Wetan, Triwidadi, Bantul Yogyakarta juga mendapat undangan untuk mengikuti expo atas peran PT POS Indonesia. Pada saat diseleksi dia lolos dan dapat mewakili pengrajin dari Bantul. Barang dagangan yang diikutsertakan dalam pameran adalah barang-barang keramik dengan hiasan mozaik dari kain batik, daun kering, kulit kerang, batok kelapa, dll. Ahmad baru mencoba menggunakan media promosi di internet itupun belum optimal. Untuk kontak person dapat dihubungi melalui e-mail renny.ceramic@gmail.com  atau telepon 081904064600/08157996633.

Menurut Ahmad, ia sering mengikuti pameran-pameran di berbagai tempat karena hasilnya cukup signifikan.  Selain produksinya dapat langsung dikenal oleh calon pembeli, ia dapat memberi penjelasan atas keunggulan produknya, menjawab pertanyaan dan keinginan calon pelanggan serta menampung order. Oleh karena itu ia juga sering mengajak teman-teman pengrajin untuk ikut memajang karyanya pada setiap ada iven/pameran apapun selama dana dan waktunya mendukung.
Ahmad menyadari sepenuhnya bahwa media pamer itu penting karena dapat mendongkrak penjualan.  Tekniknya bisa macam-macam sesuai kemampuan masing-masing, yang penting harus jeli dalam memilih. Di rumah dan workshopnya, ia juga membuat etalase yang menarik dengan papan reklame yang informatif agar mudah dilihat calon pembeli.
Dalam hal permodalan Ahmad berusaha mandiri dengan memanfaatkan sebagian keuntungan untuk memupuk modal. Pada awal usaha pernah sekali mendapat pinjaman modal dari Bank pemerintah namun diperoleh dengan perjuangan berat karena terkait barang agunan sebagai jaminan, koneksi dan kepercayaan dari pihak bank dan proses administrasi yang sangat berbelit. “Saya ini baru mulai berusaha, permodalan, pasar, dan manajemen masih sangat lemah. Ibarat bayi baru lahir, untuk bisa bergerak sendiripun tidak serta merta bisa, tetapi harus ditolong oleh orang yang lebih kuat.  Bank tidak melihat sampai kesana, pedomannya kalau pokok pinjaman sekian bunga yang didapat harus sekian, jadi hitunganya profit. Saya disamakan dengan peminjam lain atau pengusaha kuat yang sudah biasa mendapat kucuran dana bank. Jelas untuk melengkapi syarat-syarat saja sudah kehabisan nafas. Oleh karena itu saya sekarang tidak berminat lagi. Kapok si enggak tetapi berusaha untuk tidak meminjam di bank. Saya lebih suka bergandengan tangan dengan sesama pengrajin untuk saling bantu dalam permodalan.  Teman-teman pengrajin yang mempunyai order melimpah berbagi kepada rekannya yang sepi order, hasilnyapun jadi sama-sama dapat. Dengan begitu bisa menambah modal”.
“Lantas bagaimana peranan BUMN dengan Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan (TJSL) secara berkesinambungan untuk turut mengembangkan potensi para pelaku Usaha Mikro Kecil menjadi lebih mandiri?”

“Alhamdilillah, walau baru membantu kami dalam bidang kesempatan promosi bersama, kami berterima kasih. Setidaknya ini bentuk kepedulian si Kuat terhadap si Lemah. Mudah-mudahan kami cepat bertumbuh seperti mereka. Saya dengar sudah ada BUMN yang mengadakan pendampingan kepada pengusaha mikro kecil secara aktif dan inten di segala lini, mulai dari; permodalan, manajemen, teknik dan pemasaran. Bahkan dijadikan plasma bagi perusahaannya. Tetapi itu belum banyak…! Jumlahnya bisa di hitung dengan jari. Justru sebagian besar lainnya masih seremonial, sekadar menggugurkan kewajiban CSR, salah-salah kami dijadikan pasien untuk promosi perusahaannya?”.

Pada acara pembukaan expo, Harmon Yero selaku koordinator PKBL-BUMN dihadapan puluhan awak media mengatakan bahwa kegiatan semacam ini merupakan bentuk dari Tanggung Jawab Sosial Lingkungan Perusahaan (TJSL) secara berkesinambungan untuk turut mengembangkan potensi para pelaku Usaha Mikro Kecil (UMK) menjadi lebih mandiri, lebih berkembang yang kelak akan berujung kepada pembukaan lapangan kerja baru dan peningkatan kesejahteraan.
Menanggapi pertanyaan untuk menginternetkan pelaku UMK, Harmon menjelaskan: “Eranya saat ini adalah era digital, era dimana segala sesuatu sudah mulai berorientasi kepada kemudahan memperoleh akses informasi, akses komunitasi, akses promosi dan akses interaksi timbal balik, Telkom melihat bahwa pelaku UMK juga dituntut untuk adaptatif terhadap perkembangan ini sehingga tidak ada alasan untuk tidak merangkul pelaku UMK agar melek internet dan menguasai strategi bisnis online”.

Dari berbagai peristiwa dan pernyataan-pernyataan seperti di atas, dapat dilihat fakta bahwa media pamer itu sangat penting adanya karena dapat membantu Pengusaha Besar, UKM dan UMK mengembangkan pasar yang akhirnya berdampak pada kemandirian dan menguatnya usaha. Tentunya harus disinergikan dengan aspek pendukung lainnya.

Doc. By Tri.

Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. LINGKUNGAN BERSAMA KITA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger