KESEDAK CABAI GENDOT

Minggu, 05 Mei 20130 komentar


Bibiku hajat nyunatin anak pertamanya.
Pada acara prasmanan, tamu dipersilahkan menikmati hidangan yang tersedia di meja. Karena tamunya banyak terpaksa berdesak-desakan dan harus ngantri untuk mengambil hidangan.
Pas giliran kakekku, datang rombongan tamu pejabat, makanya buru-buru mengambil nasi dan sayur cabai gendot yang posisinya terdekat apalagi kelihatan segar dan menarik.

Tengah waktu makan, dari jauh kelihatan kakek menangis, air matanya mengalir di pipi kanan-kirinya, matanya merah, keringatnya kelihatan sebesar-besar biji kacang polong mulai dari jidat sampai cuping hidung, dan mulutnya nganga bagaikan ikan gurami kekurangan air. Tangan kanannya melambai ke arah saya sambil menunjuk-nunjukan jari ke lehernya.
Panik, takut kakek kenapa-napa, saya langsung mendekat.
Tanpa babibu lagi, pundaknya saya tarik ke pangkuan dan tengkuknya saya karate. “Glook” dari mulutnya keluar nasi dan sayur lodeh yang barusan dimakan. Kakek langsung terengah-engah mengambil nafas.
Setelah sedikit reda, saya tanya:”kakek kenapa tadi matanya melotot seperti orang sekarat?”
Kakek, sambil terengah-engah:”tobaatt…, makanan macam apa ini? pedasnya kagak ketahan, saya tadi tersedak! Kalau nggak cepat-cepat ditolong mestinya sudah koit”.
Saya jawab kalem:”kakek…, itu yang namanya cabai gendot khas Bandung, tampilannya memang menarik, segar mengundang selera, tetapi pedasnya gak ada yang nyamain..! kalau belum kenal jangan coba-coba…!”
Kakek (kelihatan kesal):“dasar tak berperikemanusiaan, kalau tau ngomong…!, ini mulut kalian pada ditaruh kemana kok ngga ada yang mencegah?”.
Orang disekitar baru sadar ada tragedi, tertawa terbahak-bahak…
 (Doc. by Kang Wirya)

Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. LINGKUNGAN BERSAMA KITA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger