Impian masyarakat Kabupaten Purbalingga dan sekitar untuk memiliki
bandara komersial di Lanud TNI AU Wirasaba kian mendekati kenyataan.
Pembangunan bandara itu tinggal selangkah lagi, dan dimulai tahun ini. Menurut
Danlanud Mayor (Pnb) Arief Sudjatmiko, saat ini pihaknya tinggal menunggu izin
dari Kemenhub (SM, 17/04/13).Jika izin turun akan dilanjutkan pembicaraan
dengan pemkab terkait pembebasan lahan. Tim Disbangops Mabes TNI AU belum lama
ini sudah ke Lanud Wirasaba untuk memantau sejumlah titik. Di antaranya jalan
masuk bandara, perkuatan landasan pacu, serta area approach untuk militer dan
sipil.
Saat ini
panjang landasan pacu hanya 850 meter. Jika dipanjangkan menjadi 1.800 meter,
perlu pembebasan lahan. Lokasi pengembangan landasan pacu masih memungkinkan, yakni
sebagian wilayah Desa Wirasaba, Kedunglegok, dan Kemangkon.
Meskipun
dikembangkan menjadi bandara komersial, keberadaan Lanud TNI AU Wirasaba
dipertahankan.
Komersialisasi
itu bukan hanya kebutuhan mendesak bagi Pemkab melainkan juga bagi kabupaten
sekitar. Betapa pun, lima kabupaten di Jateng bagian barat selatan
(Purbalingga, Banyumas, Kebumen, Banjarnegara, dan Wonosobo) merupakan ring
utama pengembangan bandara.
Bupati Wonosobo
Kholiq Arif menegaskan, jika Wirasaba dibuka untuk penerbangan umum,
pertumbuhan wilayah ini bisa menyamai wilayah Jateng bagian timur.
Menurutnya,
selain lima kabupaten sekitar, keberadaan bandara itu akan dirasakan manfaatnya
oleh wilayah pantura bagian barat seperti Brebes, Slawi, Tegal, dan Pemalang.
Diakui atau
tak, keberadaan Bandara Tunggulwulung (Cilacap) belum memberi dampak ekonomis
bagi masyarakat di wilayah Jateng bagian barat-selatan. Karena itu, pembenahan
Bandara Wirasaba menemukan urgensinya. Dari sisi geoekonomi, pengembangan
Wirasaba sangat potensial bagi akselerasi pertumbuhan ekonomi regional.
Kerja Sama
Pertumbuhan
perekonomian sangat ditentukan oleh ketersediaan sarana prasarana angkutan
umum. Pasalnya, mobilitas penumpang antarkota dalam provinsi (AKDP) ataupun
antarkota antar provinsi (AKAP) merupakan indikasi tingginya mobilitas tenaga
kerja suatu daerah (SM, 08/ 05/ 08).
Pengembangan
Wirasaba menjadi bandara komersial tak saja membawa manfaat bagi masyarakat
Kabupaten Purbalingga, tapi juga bagi masyarakat kabupaten tetangga. Karena
itu, pengembangan Lanud Wirasaba tak boleh didasari oleh egoisme lokal.
Pemerintah daerah se-wilayah Barlingmascakeb perlu memberikan dukungan baik
secara moral maupun finansial.
Perlu pula
merumuskan MoU melibatkan pemkab se-Barlingmascakeb, pemprov, pemerintah pusat,
dan berbagai instansi terkait. Salah satu langkah nyata, Pemkab Purbalingga dan
Banyumas sedang membangun Jembatan Linggamas yang menghubungkan Desa Petir,
Kec. Kalibagor (Kab. Banyumas) dengan Desa Kedungbenda, Kec. Kemangkon (Kab.
Purbalingga). Proyek pembangunannya dijadwal kelar tahun ini.
Jarak tempuh
dari Kota Purwokerto ke Wirasaba saat ini sekitar 30 km dengan rute memutar
Kota Purbalingga yang rawan macet. Dengan dibangunnya Jembatan Linggamas, jarak
tempuh hanya 14 km dan relatif lancar.
Kahadiran
bandara di suatu daerah tak saja memberi multiplier effect bagi pertumbuhan
ekonomi daerah bersangkutan, tapi juga bagi daerah sekitar. Pertumbuhan sektor
pariwisata Kabupaten Banjarnegara, misalnya, akan terpacu.
Beberapa kali
Sungai Serayu digunakan sebagai lokasi ajang lomba arung jeram (rafting)
tingkat nasional dan internasional. Sangatlah beralasan jika Pemkab
Banjarnegara bertekad menjadikanya sebagai ikon wisata.
Pendidikan
tinggi di Purwokerto pun akan lebih bertumbuh. Program Doktor (S-3) bisa
menjadi kian progresif dengan makin mudahnya mobilitas profesor dari berbagai
perguruan tinggi di Tanah Air dan manca negara. Siapa pun cagub-cawagub
terpilih nanti, semoga mendorong realisasi Bandara Wirasaba. (10)
Doc. by Akhmad
Saefudin SS,ME, Edit by Bio.
Sumber: