Ginjal
sebagai salah satu organ penting dalam tubuh manusia mempunyai tugas untuk
menyaring atau membersihkan darah dari sisa-sisa metabolisme dan racun yang
terdapat di dalam darah. Mekanisme penyaringan atau pembersihan ini berjalan otomatis
tanpa berhenti sepanjang siklus hidup manusia. Ginjal berfungsi sebagai mesin
cuci darah otomatis bagi tubuh manusia. Untuk lebih jelasnya marilah kita simak
tulisan sdri Lusia
Kus Anna dan Rosmha
Widiyani di Kompas.com terkait dengan ginjal seperti di bawah ini.
Fungsi
Ginjal Bagi Tubuh Kita?
Ginjal adalah organ tubuh
vital yang mengatur komposisi darah agar tetap bersih dan terjadi keseimbangan
secara kimiawi, mengatur volume air dalam tubuh dan membuang toksin sisa
metabolisma tubuh. Ginjal berfungsi untuk mengatur tekanan darah tubuh,
mengatur produksi sel darah merah dan mempertahankan kadar kalsium dalam darah.
Ginjal merupakan organ
penting dalam tubuh, berfungsi untuk membuang sampah metabolisme dan racun
tubuh dalam bentuk urin / air seni, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh.
Penyakit ginjal seringkali tidak terdeteksi, tiba-tiba ketika seseorang
mengidap penyakit tersebut dan mengalami gejalanya maka berada pada tingkat
pertengahan hingga kronis.
Ginjal juga rawan terhadap
penyakit dan penyakit yang disebabkan oleh ginjal biasanya juga mempengaruhi
organ tubuh lain. Contoh penyakit ginjal dan atau penyakit organ tubuh lain
yang disebabkan oleh gangguan pada ginjal.
· Infeksi saluran kencing, karena
saluran kencing berhubungan langsung dengan ginjal.
· Tersumbatnya saluran kencing oleh
batu ginjal (penyakit prostat)
· Tekanan darah tinggi (hypertensi)
· Kencing manis akibat kadar gula
darah yang berlebihan dan ginjal tidak dapat menetralisirnya.
· Glomerulonephritis
· Nephrosis
· Kerosakan akibat kimia toksik
tertentu seperti dadah dan lain-lain.
Ciri-Ciri Penyakit Ginjal?
Penderita penyakit ginjal pada
stadium awal umumnya tidak merasa sakit atau keluhan apapun, dan penyakit ini
tergolong ”Silent Disease” karena tidak menimbulkan gejala atau tanda-tanda
klinis yang jelas. Jika Anda mengalami salah satu gejala di bawah, segeralah
periksakan diri ke dokter.
1. Kepedihan atau kesulitan sewaktu
buang air kencing.
2. Kerap buang air kencing terutama pada waktu malam.
3. Mengeluarkan kencing berdarah.
4. Bengkak sekeliling mata, bengkak tangan dan kaki terutama di kalangan kanak-kanak.
5. Kesakitan pada bagian belakang, sedikit ke bawah dari tulang rusuk (tidak disebabkan oleh gerakan).
6. Tekanan darah tinggi.
2. Kerap buang air kencing terutama pada waktu malam.
3. Mengeluarkan kencing berdarah.
4. Bengkak sekeliling mata, bengkak tangan dan kaki terutama di kalangan kanak-kanak.
5. Kesakitan pada bagian belakang, sedikit ke bawah dari tulang rusuk (tidak disebabkan oleh gerakan).
6. Tekanan darah tinggi.
Penderita gagal ginjal di
Indonesia terus bertambah, sebagian besar akibat komplikasi penyakit hipertensi
dan diabetes melitus, kata dr. Tunggul Situmorang ahli ginjal rumah sakit PGI
Cikini Jakarta.
Kapan
Diperlukan Cuci Darah?
Ginjal
merupakan organ yang fungsi utamanya membuang kelebihan cairan dan produk sisa
dari darah. Ginjal juga berfungsi sebagai kelenjar endokrin, yang menghasilkan
hormon yang penting bagi pembentukan sel darah merah, mengatur tekanan darah,
dan pembentukan tulang.
Jika
fungsi ginjal hanya tinggal lima sampai sepuluh persen dari kapasitas
normalnya, maka kondisi ini disebut sebagai penyakit ginjal stadium akhir. Ini
berarti fungsinya harus digantikan oleh cangkok ginjal atau mesin cuci darah
(dialisis).
Menurut
data tahun 2010, penyebab penyakit ginjal tahap akhir meliputi hipertensi (35
persen), diabetes (25 persen), obstruksi dan pielonefritis (15 persen),
glomerulonefritis (13 persen), dan lain-lain (10 persen). Diperkirakan saat ini
ada sekitar 300.000 penderita gagal ginjal di Indonesia.
Penderita
gagal ginjal membutuhkan terapi pengganti fungsi ginjal, antara lain cuci darah
(hemodialisis), penyaringan darah yang dimasukkan ke rongga perut, ataupun
cangkok ginjal.
Dialisis
bisa digunakan sebagai tindakan sementara pada pasien berusia muda selagi
menunggu pencangkokan ginjal. Tetapi tindakan ini juga bisa menjadi permanen
bagi mereka dengan gagal ginjal kronis ketika pencangkokan ginjal tidak
memungkinkan karena faktor usia atau alasan medis lain.
Untuk
mencapai tingkat kesehatan yang optimal, idealnya diperlukan beberapa kali cuci
darah dalam seminggu. Berapa lama setiap sesi cuci darah tergantung pada
berbagai faktor, antara lain berat badan, mesin yang dipakai, serta seberapa
banyak racun yang terkumpul dalam ginjal sejak sesi cuci darah sebelumnya.
Jadi,
kapan tepatnya seseorang memerlukan dialisis? Menurut para ahli dari Mayo
Clinic hal itu berbeda-beda pada tiap pasien. Dokter pada dasarnya akan
berusaha menghadapi gagal ginjal kronis sedapat mungkin dengan cara konservatif
selama mungkin, yakni dengan pengaturan diet atau obat-obatan.
Tetapi,
jika tak dapat dihindari juga, pada waktunya nanti dialisis menjadi
satu-satunya pilihan.
Biaya
dialisis sendiri sangat mahal, berkisar antara Rp 50 juta sampai Rp 100 juta
pertahun. Sementara untuk cangkok ginjal dibutuhkan biaya mencapai Rp 200 juta
rupiah, belum termasuk biaya perawatan pertahun.
Karena
itulah mencegah lebih baik daripada mengobati gangguan ginjal
(LKA,08/6/13).
80.000 Orang Penduduk
Indonesia Jalani Cuci Darah
Sekitar 80.000 penduduk
Indonesia menjalani hemodialisis atau terapi cuci darah akibat gangguan ginjal
yang dideritanya. Setiap tahunnya sekitar 2.700 warga Indonesia menggalami
gangguan fungsi ginjal, kata Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri)
dr. Dharmeizar, Sp. PD-KGH (merujuk data dari PT Askes).
Terapi penganti fungsi
ginjal seperti hemodialisis, harus dilakukan bila pasien sudah menderita
penyakit ginjal kronis stadium lanjut.
Dharmeizar mengemukakan
bahwa pada saat kemampuan ginjal untuk membersihkan darah hanya mencapai 15 ml
per menit, maka penyakit ginjal kronik sudah memasuki stadium lanjut, sehingga
pasien harus menjalani terapi pengganti ginjal.
“Penyakit ginjal kronik
tidak bisa disembuhkan, dalam hal ini kondisi ginjal tidak bisa kembali normal.
Sebaliknya penurunan fungsi ginjal akan terjadi perlahan-lahan,” jelas
Dharmeizar.
Lebih lanjut Dharmeizar
mengemukakan bahwa penyakit ini harus mendapatkan perhatian lebih karena
penyakit ginjal kronis seringkali tidak disertai gejala. Pada umumnya gejala
baru muncul saat penyakit sudah memasuki stadium lanjut.
“Beberapa penyakit
seperti diabetes, hipertensi, infeksi-obstruksi, glomerylonefritis kronik,
penyakit ginjal polukistik, merupakan jenis-jenis penyakit yang merupakan
faktor risiko terjadinya penyakit ginjal kronis,” kata Dhameizar.
Dharmeizar mengimbau agar
masyarakat dengan faktor risiko tersebut lebih waspada dan bisa memeriksakan
kondisi ginjal, sebelum gangguan fungsi ginjal semakin parah.
Bila sejak awal dilakukan
pemeriksaan, penyakit ginjal kronis masih bisa dihambat melalui beberapa jenis
terapi ginjal yang akan dilakukan untuk memperlambat laju perkembangan penyakit
ginjal kronik.
“Pemeriksaan bisa berupa
tes urin, tes darah untuk memeriksa kreatinin, serta USG untuk menguji fungsi
ginjal. Biopsi ginjal dilakukan bila pasien diduga dan memiliki indikasi kuat
mengalami penyakit ginjal kronik,” imbuh Dharmeizar.
Hipertensi,
Gejala Awal Gagal Ginjal pada Anak
Tekanan darah tinggi atau
hipertensi dapat menjadi indikasi awal penyakit gagal ginjal pada anak.
Tingginya tekanan darah pada usia kanak-kanak bukanlah sesuatu yang lumrah
sehingga patut diwaspadai sebagai salah satu tanda awal adanya gangguan pada
fungsi ginjal.
Menurut konsultan ginjal
dan hipertensi dari FKUI/RSCM Prof.Dr.dr. Endang Susalit Sp.PD-KGH, organ
ginjal tak ubahnya filter. Tugasnya adalah menyaring limbah dan membuangnya
lewat air seni. Ketidakmampuan ginjal dalam menjalankan fungsinya dapat
berimplikasi serius. Bila kerusakan sudah parah, dapat memicu penyakit lain
yang salah satu penandanya adalah naiknya tekanan darah.
"Ginjal rusak tidak
mampu menjalankan tugasnya sebagai penyaring," ujar Endang. Ia menyatakan,
kerusakan ginjal dikatakan sudah mencapai batas ketika masuk dalam tahap End Stage Renal Disease
(ESRD). Pada tahap ESRD, limbah mampu keluar dari organ ginjal. Limbah ini
kemudian menghambat laju darah dalam saluran darah. Terhambatnya laju darah
menyebabkan berbagai penyakit, salah satunya adalah hipertensi.
Konsultan ginjal anak
dari RSCM Prof.Dr.Talaran Tambunan Sp.A (K) menjelaskan, hipertensi pada anak
berbeda dengan dewasa. Berbagai kondisi yang tidak biasa pada tubuh anak
berpotensi meningkatkan tekanan darah. Kondisi yang menyebabkan hipertensi pada
anak juga seringkali tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Sedangkan pada
dewasa, hipertensi dikarenakan pola makan, kerja, dan istirahat yang tidak
teratur.
Pemeriksaan darah dan
urine secara teratur wajib dilakukan pada anak yang mengalami hipertensi untuk
memeriksa kemungkinan gagal ginjal. Tes urine di antaranya dimaksudkan untuk
memeriksa kandungan kreatinin dan potasium.
Menurut Talaran,
pemeriksaan kandungan protein dalam urin ini akan menentukan jenis diet, yang
akan membantu kerja ginjal. Bila ditemukan kreatinin dalam jumlah tinggi,
anak akan menjalani diet untuk mengatur asupan protein. Sementara bila
ditemukan potasium, maka anak akan menjalani diet yang mengatur asupan sayuran
hijau.
Cliff Yehezkiel Mambu
(13), anak penderita gagal ginjal asal Gorontalo juga menunjukkan gejala
hipertensi sebelum akhirnya bisa pulih setelah berhasil menjalani proses
tranplantasi ginjal di RSCM.
"Tekanan
darahnya bisa mencapai 210/135, padahal harusnya nggak setinggi itu," kata
Serli Katili, ibu kandung Cliff.
Cliff
sukses menjalani operasi cangkok ginjal di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr.
Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, pada 13 Maret lalu. Ia didiagnosis
gagal ginjal pada 2010 dan sudah berkembang hingga mencapai stadium lima.
Serli
mengatakan, ketika ginjalnya sedang kambuh sang putra tampak lemas. Cliff juga
mengeluh pusing, mual, dan ingin muntah. Bila ini terjadi, Serli cepat membawa
sang putra berobat atau cuci darah (RW,15/4/13).
32 Persen Orang
Indonesia Sakit Hipertensi
Hipertensi alias tekanan darah tinggi meski tidak
menunjukkan gejala namun merupakan penyebab utama penyakit stroke, gagal
jantung, gagal ginjal, hingga mati muda. Di seluruh dunia, diperkirakan satu
miliar orang menderita hipertensi, sedangkan di Indonesia angkanya mencapai 32
persen.
Masih banyaknya masyarakat dunia yang kurang menyadari
ancaman hipertensi mengundang keprihatinan. Apalagi menurut WHO, hampir
sebagian besar orang yang menderita hipertensi ada di negara berkembang yang
berpenghasilan rendah sampai sedang. Hipertensi yang tidak terkontrol akan
menimbulkan beban kesehatan yang besar.
Jumlah penderita hipertensi di Indonesia pada tahun
1995, baru sekitar 5 persen dari populasi. Survei tahun 2008 yang dilakukan WHO
menemukan angkanya sudah melonjak menjadi 32 persen. Tekanan darah tinggi umumnya
lebih banyak diderita laki-laki.
Menurut Dr.Khancit Limpakarnjanarat, perwakilan WHO
untuk Indonesia, peningkatan jumlah pasien hipertensi yang tinggi tersebut juga
terjadi di India. "Pada tahun 1960-an jumlahnya masih 5 persen, lalu
menjadi 12 persen di tahun 1990-an, dan meningkat menjadi 32 persen di tahun
2008," katanya dalam peringatan Hari Kesehatan Sedunia di kantor Kementerian
Kesehatan RI di Jakarta (Kamis, 04/4/2013).
Tekanan darah dipandang normal jika berada pada
kisaran di bawah 120/80 mmHg. Anda dianggap menderita hipertensi bila tekanan
darah 140/90 mmHg ke atas.
Penderita tekanan darah tinggi berisiko dua kali lipat
menderita penyakit jantung koroner. Risiko penyakit jantung menjadi berlipat
ganda apabila penderita tekanan darah tinggi juga menderita diabetes,
hiperkolesterol, dan merokok.
Khancit menyebutkan, perbaikan pola hidup menjadi cara
untuk mencegah komplikasi penyakit. Obat-obatan juga bisa membantu
mengendalikan tekanan darah bilamana diperlukan.
"Kesadaran tiap individu harus ditingkatkan.
Antara lain dengan melakukan pengukuran tensi secara berkala. Modifikasi pola
makan dengan mengurangi garam juga membantu," katanya (RW,04/4/13)
Hipertensi Mulai
Mengintai Usia Muda
Penyakit
darah tinggi atau hipertensi ternyata mulai mengintai usia anak dan remaja.
Perubahan pola makan dinilai menjadi salah satu penyebab anak mulai terkena
hipertensi.
"Hipertensi
memang mulai ditemukan pada usia muda, tapi belum menjadi kekhawatiran,"
kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Kementerian Kesehatan RI Tjandra Yoga Aditama pada peringatan Hari Kesehatan
Dunia, Kamis (04/4/2013),
di Jakarta.
Tjandra
menjelaskan, konsumsi junk food dan makanan cepat saji dengan
kandungan gula dan garam yang tinggi menjadi pemicu kasus hipertensi pada usia
dini. Jumlah penderita hipertensi anak di Indonesia sejauh ini belum dapat
diketahui secara pasti.
Tekanan
darah tinggi pada usia dini dapat berakibat serius pada proses belajar dan
tumbuh kembang anak. Tekanan darah tinggi menjadi faktor risiko timbulnya
kegemukan atau obesitas. Bila anak kelebihan berat badan, gerak dan aktivitasnya
menjadi terbatas.
Akibatnya,
anak cenderung malas belajar dan bergerak. Anak yang jarang bergerak akan
memupuk kolesterol dalam pembuluh darahnya. Alhasil, kadar kolesterol dalam
darah akan semakin tinggi dan berefek pada meningkatnya tekanan darah.
Jika
pola makan tidak sehat terus berlanjut, maka tekanan darah semakin meningkat.
Hal ini dapat menjadi lebih parah apabila kondisi hipertensi tidak terdiagnosis
dan diobati. Kondisi ini membuka pintu bagi penyakit tidak menular (PTM)
seperti gagal jantung dan stroke. Jantung dan otak merupakan organ yang menjadi
sasaran utama penyakit darah tinggi.
Berdasarkan
rekomendasi Satuan Tugas Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), hipertensi pada
anak adalah suatu keadaan ketika tekanan darah sistolik dan atau diastolik
rata-rata berada pada persentil
besar sama dengan 95 menurut usia dan jenis kelamin, yang dilakukan paling
sedikit tiga kali pengukuran.
Klasifikasi
hipertensi berdasarkan derajatnya adalah hipertensi ringan, bila tekanan darah
baik sistolik maupun diastolik berada 10 mmHg di atas persentil ke-95 (khusus
remaja 150/100-159/109 mmHg). Hipertensi sedang, bila tekanan darah baik
sistolik maupun diastolik lebih besar dari 20 mmHg di atas persentil ke-95
(khusus remaja besar dari 160/110 mmHg).
Tekanan
yang terlalu tinggi menyebabkan jantung gagal memompa darah ke seluruh tubuh.
Akibatnya, terjadi gagal jantung. Kegagalan ini menghambat asupan oksigen dan
nutrisi ke otak yang berakibat stroke.
Hal
ini tentu menjadi ancaman serius bagi masa depan bangsa yang bergantung pada
kualitas generasi muda. Apalagi laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO)
menyebutkan, pada orang dewasa hipertensi menjadi 51 persen penyebab kematian
akibat stroke, dan 45 persen kematian karena jantung koroner
(RW,4/4/13).
3 Cara Alami Kurangi
Hipertensi
Tekanan
darah tinggi atau hipertensi memang tidak menimbulkan gejala dari luar. Tetapi
kondisi ini bisa menyebabkan Anda beresiko tinggi terkena stroke, serangan jantung,
sampai gagal ginjal.
Seseorang
dianggap menderita hipertensi jika bacaan tekanan darah mencapai 140/90. Ini
berarti jantung Anda bekerja terlalu keras memompa darah.
Untuk
menyiasati hipertensi, ada beberapa hal yang bisa dilakukan mulai dari
mengurangi asupan garam dan lemak dari pola makan sehari-hari sampai
berolahraga rutin beberapa kali dalam seminggu.
Berikut
adalah beberapa cara yang
diduga
dapat menjaga
tekanan darah tetap normal:
- Tidur cukup
Studi tahun 2009 yang dimuat dalam
jurnal Archieves of Internal Medicine menemukan bahwa orang yang tidur kurang
dari 7-8 jam setiap malam lebih beresiko menderita hipertensi. Risikonya
meningkat sampai 37 persen untuk setiap jam yang berkurang.
- Dengarkan musik klasik
Dalam studi yang dipresentasikan
dalam pertemuan tahunan Society of Hypertension's 2012 disebutkan, mendengarkan
musik klasik seperti karya Mozart 30 menit setiap hari bisa mengurangi tekanan
darah. Sebaliknya, mendengarkan musik beraliran cadas akan memicu hipertensi.
Penelitian serupa yang dilakukan
oleh tim dari Universitas Osaka di Jepang menemukan, orang yang mendengarkan
musik favorit satu jam setiap minggu memiliki bacaan tekanan darah lebih rendah
6 mmHg dalam waktu 3 bulan.
- Gemari pisang
Pisang mengandung 422 miligram
potasium, yang menurut American Heart Association bisa mengurangi efek sodium
si pemicu hipertensi. Makanan lain yang memiliki kandungan potasium cukup
tinggi antara lain kentang (751 mg), edamame (970 mg permangkok), alpukat (975
mg). American Heart Association merekomendasikan kita untuk mengonsumsi 4.700
mg potasium setiap hari untuk mengurangi risiko penyakit jantung. (LKA,20/02/2013)
Cuci Darah Paling Banyak Ditalangi
Jamkesmas
Penyakit gagal ginjal stadium
akhir yang membutuhkan dialisis atau cuci darah menjadi penyakit yang paling
banyak dibiayai negara melalui program Jaminan Kesehatan Masyarakat
(Jamkesmas).
"Angkanya saya tidak tahu
persis tetapi gagal ginjal menjadi penyakit tertinggi. Jamkes banyak menerima
tagihan cuci darah," kata Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, di Jakarta
(Jum’at,19/4/13).
Penyakit ginjal stadium akhir
berarti ginjal sudah sampai taraf fungsinya harus digantikan oleh dialisis atau
cuci darah, atau alternatif lain berupa cangkok ginjal.
Penyebab utama penyakit ini
adalah diabetes melitus, tekanan darah tinggi, serta berbagai penyakit ginjal
lainnya.
Penggunaan bahan pangan
berbahaya, seperti yang menggunakan formalin, boraks, serta pewarna tekstil
juga bisa merusak ginjal.
Pangan yang menggunakan bahan
kimia berbahaya biasanya memiliki tampilan fisik lebih baik seperti berwarna
lebih cerah, renyah, atau kenyal.
(RW,19/4/13)
Untuk
membantu penderita gagal ginjal khususnya diwilayah Kota Bandung dan sekitarnya,
RSAU dr. M. Salamun membuka Unit Pelayanan Hemodialisis (Cuci Darah) yang
ditangangi langsung oleh dr. Haneng Marisangan, SpPD beserta tim yang terlatih dan
siap setiap saat.