GINJAL, HIPERTENSI DAN HEMODIALISIS

Sabtu, 22 Juni 20130 komentar



Ginjal sebagai salah satu organ penting dalam tubuh manusia mempunyai tugas untuk menyaring atau membersihkan darah dari sisa-sisa metabolisme dan racun yang terdapat di dalam darah. Mekanisme penyaringan atau pembersihan ini berjalan otomatis tanpa berhenti sepanjang siklus hidup manusia. Ginjal berfungsi sebagai mesin cuci darah otomatis bagi tubuh manusia. Untuk lebih jelasnya marilah kita simak tulisan sdri Lusia Kus Anna dan  Rosmha Widiyani di Kompas.com terkait dengan ginjal seperti di bawah ini.

Fungsi Ginjal Bagi Tubuh Kita?

Ginjal adalah organ tubuh vital yang mengatur komposisi darah agar tetap bersih dan terjadi keseimbangan secara kimiawi, mengatur volume air dalam tubuh dan membuang toksin sisa metabolisma tubuh. Ginjal berfungsi untuk mengatur tekanan darah tubuh, mengatur produksi sel darah merah dan mempertahankan kadar kalsium dalam darah.
Ginjal merupakan organ penting dalam tubuh, berfungsi untuk membuang sampah metabolisme dan racun tubuh dalam bentuk urin / air seni, yang kemudian dikeluarkan dari tubuh. Penyakit ginjal seringkali tidak terdeteksi, tiba-tiba ketika seseorang mengidap penyakit tersebut dan mengalami gejalanya maka berada pada tingkat pertengahan hingga kronis.
Ginjal juga rawan terhadap penyakit dan penyakit yang disebabkan oleh ginjal biasanya juga mempengaruhi organ tubuh lain. Contoh penyakit ginjal dan atau penyakit organ tubuh lain yang disebabkan oleh gangguan pada ginjal.
·       Infeksi saluran kencing, karena saluran kencing berhubungan langsung dengan ginjal.
·       Tersumbatnya saluran kencing oleh batu ginjal (penyakit prostat)
·       Tekanan darah tinggi (hypertensi)
·       Kencing manis akibat kadar gula darah yang berlebihan dan ginjal tidak dapat menetralisirnya.
·       Glomerulonephritis
·       Nephrosis
·       Kerosakan akibat kimia toksik tertentu seperti dadah dan lain-lain.

Ciri-Ciri Penyakit Ginjal?

Penderita penyakit ginjal pada stadium awal umumnya tidak merasa sakit atau keluhan apapun, dan penyakit ini tergolong ”Silent Disease” karena tidak menimbulkan gejala atau tanda-tanda klinis yang jelas. Jika Anda mengalami salah satu gejala di bawah, segeralah periksakan diri ke dokter.
1. Kepedihan atau kesulitan sewaktu buang air kencing.
2. Kerap buang air kencing terutama pada waktu malam.
3. Mengeluarkan kencing berdarah.
4. Bengkak sekeliling mata, bengkak tangan dan kaki terutama di kalangan kanak-kanak.
5. Kesakitan pada bagian belakang, sedikit ke bawah dari tulang rusuk (tidak disebabkan oleh gerakan).
6. Tekanan darah tinggi.
Penderita gagal ginjal di Indonesia terus bertambah, sebagian besar akibat komplikasi penyakit hipertensi dan diabetes melitus, kata dr. Tunggul Situmorang ahli ginjal rumah sakit PGI Cikini Jakarta.

Kapan Diperlukan Cuci Darah?

Ginjal merupakan organ yang fungsi utamanya membuang kelebihan cairan dan produk sisa dari darah. Ginjal juga berfungsi sebagai kelenjar endokrin, yang menghasilkan hormon yang penting bagi pembentukan sel darah merah, mengatur tekanan darah, dan pembentukan tulang.
Jika fungsi ginjal hanya tinggal lima sampai sepuluh persen dari kapasitas normalnya, maka kondisi ini disebut sebagai penyakit ginjal stadium akhir. Ini berarti fungsinya harus digantikan oleh cangkok ginjal atau mesin cuci darah (dialisis).
Menurut data tahun 2010, penyebab penyakit ginjal tahap akhir meliputi hipertensi (35 persen), diabetes (25 persen), obstruksi dan pielonefritis (15 persen), glomerulonefritis (13 persen), dan lain-lain (10 persen). Diperkirakan saat ini ada sekitar 300.000 penderita gagal ginjal di Indonesia.
Penderita gagal ginjal membutuhkan terapi pengganti fungsi ginjal, antara lain cuci darah (hemodialisis), penyaringan darah yang dimasukkan ke rongga perut, ataupun cangkok ginjal.
Dialisis bisa digunakan sebagai tindakan sementara pada pasien berusia muda selagi menunggu pencangkokan ginjal. Tetapi tindakan ini juga bisa menjadi permanen bagi mereka dengan gagal ginjal kronis ketika pencangkokan ginjal tidak memungkinkan karena faktor usia atau alasan medis lain.
Untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal, idealnya diperlukan beberapa kali cuci darah dalam seminggu. Berapa lama setiap sesi cuci darah tergantung pada berbagai faktor, antara lain berat badan, mesin yang dipakai, serta seberapa banyak racun yang terkumpul dalam ginjal sejak sesi cuci darah sebelumnya.
Jadi, kapan tepatnya seseorang memerlukan dialisis? Menurut para ahli dari Mayo Clinic hal itu berbeda-beda pada tiap pasien. Dokter pada dasarnya akan berusaha menghadapi gagal ginjal kronis sedapat mungkin dengan cara konservatif selama mungkin, yakni dengan pengaturan diet atau obat-obatan.
Tetapi, jika tak dapat dihindari juga, pada waktunya nanti dialisis menjadi satu-satunya pilihan.
Biaya dialisis sendiri sangat mahal, berkisar antara Rp 50 juta sampai Rp 100 juta pertahun. Sementara untuk cangkok ginjal dibutuhkan biaya mencapai Rp 200 juta rupiah, belum termasuk biaya perawatan pertahun.
Karena itulah mencegah lebih baik daripada mengobati gangguan ginjal (LKA,08/6/13).

80.000 Orang Penduduk Indonesia Jalani Cuci Darah

Sekitar 80.000 penduduk Indonesia menjalani hemodialisis atau terapi cuci darah akibat gangguan ginjal yang dideritanya. Setiap tahunnya sekitar 2.700 warga Indonesia menggalami gangguan fungsi ginjal, kata Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) dr. Dharmeizar, Sp. PD-KGH (merujuk data dari PT Askes).
Terapi penganti fungsi ginjal seperti hemodialisis, harus dilakukan bila pasien sudah menderita penyakit ginjal kronis stadium lanjut.
Dharmeizar mengemukakan bahwa pada saat kemampuan ginjal untuk membersihkan darah hanya mencapai 15 ml per menit, maka penyakit ginjal kronik sudah memasuki stadium lanjut, sehingga pasien harus menjalani terapi pengganti ginjal.
“Penyakit ginjal kronik tidak bisa disembuhkan, dalam hal ini kondisi ginjal tidak bisa kembali normal. Sebaliknya penurunan fungsi ginjal akan terjadi perlahan-lahan,” jelas Dharmeizar.
Lebih lanjut Dharmeizar mengemukakan bahwa penyakit ini harus mendapatkan perhatian lebih karena penyakit ginjal kronis seringkali tidak disertai gejala. Pada umumnya gejala baru muncul saat penyakit sudah memasuki stadium lanjut.
“Beberapa penyakit seperti diabetes, hipertensi, infeksi-obstruksi, glomerylonefritis kronik, penyakit ginjal polukistik, merupakan jenis-jenis penyakit yang merupakan faktor risiko terjadinya penyakit ginjal kronis,” kata Dhameizar.
Dharmeizar mengimbau agar masyarakat dengan faktor risiko tersebut lebih waspada dan bisa memeriksakan kondisi ginjal, sebelum gangguan fungsi ginjal semakin parah.
Bila sejak awal dilakukan pemeriksaan, penyakit ginjal kronis masih bisa dihambat melalui beberapa jenis terapi ginjal yang akan dilakukan untuk memperlambat laju perkembangan penyakit ginjal kronik.
“Pemeriksaan bisa berupa tes urin, tes darah untuk memeriksa kreatinin, serta USG untuk menguji fungsi ginjal. Biopsi ginjal dilakukan bila pasien diduga dan memiliki indikasi kuat mengalami penyakit ginjal kronik,” imbuh Dharmeizar.

Hipertensi, Gejala Awal Gagal Ginjal pada Anak

Tekanan darah tinggi atau hipertensi dapat menjadi indikasi awal penyakit gagal ginjal pada anak. Tingginya tekanan darah pada usia kanak-kanak bukanlah sesuatu yang lumrah sehingga patut diwaspadai sebagai salah satu tanda awal adanya gangguan pada fungsi ginjal.
Menurut konsultan ginjal dan hipertensi dari FKUI/RSCM Prof.Dr.dr. Endang Susalit Sp.PD-KGH, organ ginjal tak ubahnya filter. Tugasnya adalah menyaring limbah dan membuangnya lewat air seni. Ketidakmampuan ginjal dalam menjalankan fungsinya dapat berimplikasi serius. Bila kerusakan sudah parah, dapat memicu penyakit lain yang salah satu penandanya adalah naiknya tekanan darah.
"Ginjal rusak tidak mampu menjalankan tugasnya sebagai penyaring," ujar Endang. Ia menyatakan, kerusakan ginjal dikatakan sudah mencapai batas ketika masuk dalam tahap End Stage Renal Disease (ESRD). Pada tahap ESRD, limbah mampu keluar dari organ ginjal. Limbah ini kemudian menghambat laju darah dalam saluran darah. Terhambatnya laju darah menyebabkan berbagai penyakit, salah satunya adalah hipertensi.
Konsultan ginjal anak dari RSCM Prof.Dr.Talaran Tambunan Sp.A (K) menjelaskan, hipertensi pada anak berbeda dengan dewasa. Berbagai kondisi yang tidak biasa pada tubuh anak berpotensi meningkatkan tekanan darah. Kondisi yang menyebabkan hipertensi pada anak juga seringkali tidak diketahui penyebabnya (idiopatik). Sedangkan pada dewasa, hipertensi dikarenakan pola makan, kerja, dan istirahat yang tidak teratur.
Pemeriksaan darah dan urine secara teratur wajib dilakukan pada anak yang mengalami hipertensi untuk memeriksa kemungkinan gagal ginjal. Tes urine di antaranya dimaksudkan untuk memeriksa kandungan kreatinin dan potasium.
Menurut Talaran, pemeriksaan kandungan protein dalam urin ini akan menentukan jenis diet, yang akan membantu kerja ginjal.  Bila ditemukan kreatinin dalam jumlah tinggi, anak akan menjalani diet untuk mengatur asupan protein. Sementara bila ditemukan potasium, maka anak akan menjalani diet yang mengatur asupan sayuran hijau.
Cliff Yehezkiel Mambu (13), anak penderita gagal ginjal asal Gorontalo juga menunjukkan gejala hipertensi sebelum akhirnya bisa pulih setelah berhasil menjalani proses tranplantasi ginjal di RSCM.
"Tekanan darahnya bisa mencapai 210/135, padahal harusnya nggak setinggi itu," kata Serli Katili, ibu kandung Cliff.
Cliff sukses menjalani operasi cangkok ginjal di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta, pada 13 Maret lalu. Ia  didiagnosis gagal ginjal pada 2010 dan sudah berkembang hingga mencapai stadium lima.
Serli mengatakan, ketika ginjalnya sedang kambuh sang putra tampak lemas. Cliff juga mengeluh pusing, mual, dan ingin muntah. Bila ini terjadi, Serli cepat membawa sang putra berobat atau cuci darah (RW,15/4/13).

32 Persen Orang Indonesia Sakit Hipertensi

Hipertensi alias tekanan darah tinggi meski tidak menunjukkan gejala namun merupakan penyebab utama penyakit stroke, gagal jantung, gagal ginjal, hingga mati muda. Di seluruh dunia, diperkirakan satu miliar orang menderita hipertensi, sedangkan di Indonesia angkanya mencapai 32 persen.
Masih banyaknya masyarakat dunia yang kurang menyadari ancaman hipertensi mengundang keprihatinan. Apalagi menurut WHO, hampir sebagian besar orang yang menderita hipertensi ada di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Hipertensi yang tidak terkontrol akan menimbulkan beban kesehatan yang besar.
Jumlah penderita hipertensi di Indonesia pada tahun 1995, baru sekitar 5 persen dari populasi. Survei tahun 2008 yang dilakukan WHO menemukan angkanya sudah melonjak menjadi 32 persen. Tekanan darah tinggi umumnya lebih banyak diderita laki-laki.
Menurut Dr.Khancit Limpakarnjanarat, perwakilan WHO untuk Indonesia, peningkatan jumlah pasien hipertensi yang tinggi tersebut juga terjadi di India. "Pada tahun 1960-an jumlahnya masih 5 persen, lalu menjadi 12 persen di tahun 1990-an, dan meningkat menjadi 32 persen di tahun 2008," katanya dalam peringatan Hari Kesehatan Sedunia di kantor Kementerian Kesehatan RI di Jakarta (Kamis, 04/4/2013).
Tekanan darah dipandang normal jika berada pada kisaran di bawah 120/80 mmHg. Anda dianggap menderita hipertensi bila tekanan darah 140/90 mmHg ke atas.
Penderita tekanan darah tinggi berisiko dua kali lipat menderita penyakit jantung koroner. Risiko penyakit jantung menjadi berlipat ganda apabila penderita tekanan darah tinggi juga menderita diabetes, hiperkolesterol, dan merokok.
Khancit menyebutkan, perbaikan pola hidup menjadi cara untuk mencegah komplikasi penyakit. Obat-obatan juga bisa membantu mengendalikan tekanan darah bilamana diperlukan.
"Kesadaran tiap individu harus ditingkatkan. Antara lain dengan melakukan pengukuran tensi secara berkala. Modifikasi pola makan dengan mengurangi garam juga membantu," katanya (RW,04/4/13)

Hipertensi Mulai Mengintai Usia Muda

Penyakit darah tinggi atau hipertensi ternyata mulai mengintai usia anak dan remaja. Perubahan pola makan dinilai menjadi salah satu penyebab anak mulai terkena hipertensi.
"Hipertensi memang mulai ditemukan pada usia muda, tapi belum menjadi kekhawatiran," kata Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI Tjandra Yoga Aditama pada peringatan Hari Kesehatan Dunia, Kamis (04/4/2013), di Jakarta.
Tjandra menjelaskan, konsumsi junk food dan makanan cepat saji dengan kandungan gula dan garam yang tinggi menjadi pemicu kasus hipertensi pada usia dini. Jumlah penderita hipertensi anak di Indonesia sejauh ini belum dapat diketahui secara pasti.
Tekanan darah tinggi pada usia dini dapat berakibat serius pada proses belajar dan tumbuh kembang anak. Tekanan darah tinggi menjadi faktor risiko timbulnya kegemukan atau obesitas. Bila anak kelebihan berat badan, gerak dan aktivitasnya menjadi terbatas.
Akibatnya, anak cenderung malas belajar dan bergerak. Anak yang jarang bergerak akan memupuk kolesterol dalam pembuluh darahnya. Alhasil, kadar kolesterol dalam darah akan semakin tinggi dan berefek pada meningkatnya tekanan darah.
Jika pola makan tidak sehat terus berlanjut, maka tekanan darah semakin meningkat. Hal ini dapat menjadi lebih parah apabila kondisi hipertensi tidak terdiagnosis dan diobati. Kondisi ini membuka pintu bagi penyakit tidak menular (PTM) seperti gagal jantung dan stroke. Jantung dan otak merupakan organ yang menjadi sasaran utama penyakit darah tinggi.
Berdasarkan rekomendasi Satuan Tugas Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), hipertensi pada anak adalah suatu keadaan ketika tekanan darah sistolik dan atau diastolik rata-rata berada pada persentil besar sama dengan 95 menurut usia dan jenis kelamin, yang dilakukan paling sedikit tiga kali pengukuran.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan derajatnya adalah hipertensi ringan, bila tekanan darah baik sistolik maupun diastolik berada 10 mmHg di atas persentil ke-95 (khusus remaja 150/100-159/109 mmHg). Hipertensi sedang, bila tekanan darah baik sistolik maupun diastolik lebih besar dari 20 mmHg di atas persentil ke-95 (khusus remaja besar dari 160/110 mmHg).
Tekanan yang terlalu tinggi menyebabkan jantung gagal memompa darah ke seluruh tubuh. Akibatnya, terjadi gagal jantung. Kegagalan ini menghambat asupan oksigen dan nutrisi ke otak yang berakibat stroke.
Hal ini tentu menjadi ancaman serius bagi masa depan bangsa yang bergantung pada kualitas generasi muda. Apalagi laporan Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, pada orang dewasa hipertensi menjadi 51 persen penyebab kematian akibat stroke, dan 45 persen kematian karena jantung koroner (RW,4/4/13).

3 Cara Alami Kurangi Hipertensi

Tekanan darah tinggi atau hipertensi memang tidak menimbulkan gejala dari luar. Tetapi kondisi ini bisa menyebabkan Anda beresiko tinggi terkena stroke, serangan jantung, sampai gagal ginjal.
Seseorang dianggap menderita hipertensi jika bacaan tekanan darah mencapai 140/90. Ini berarti jantung Anda bekerja terlalu keras memompa darah.
Untuk menyiasati hipertensi, ada beberapa hal yang bisa dilakukan mulai dari mengurangi asupan garam dan lemak dari pola makan sehari-hari sampai berolahraga rutin beberapa kali dalam seminggu.
Berikut adalah beberapa cara yang diduga dapat menjaga tekanan darah tetap normal:
-  Tidur cukup
Studi tahun 2009 yang dimuat dalam jurnal Archieves of Internal Medicine menemukan bahwa orang yang tidur kurang dari 7-8 jam setiap malam lebih beresiko menderita hipertensi. Risikonya meningkat sampai 37 persen untuk setiap jam yang berkurang.
-  Dengarkan musik klasik
Dalam studi yang dipresentasikan dalam pertemuan tahunan Society of Hypertension's 2012 disebutkan, mendengarkan musik klasik seperti karya Mozart 30 menit setiap hari bisa mengurangi tekanan darah. Sebaliknya, mendengarkan musik beraliran cadas akan memicu hipertensi.
Penelitian serupa yang dilakukan oleh tim dari Universitas Osaka di Jepang menemukan, orang yang mendengarkan musik favorit satu jam setiap minggu memiliki bacaan tekanan darah lebih rendah 6 mmHg dalam waktu 3 bulan.
-  Gemari pisang
Pisang mengandung 422 miligram potasium, yang menurut American Heart Association bisa mengurangi efek sodium si pemicu hipertensi. Makanan lain yang memiliki kandungan potasium cukup tinggi antara lain kentang (751 mg), edamame (970 mg permangkok), alpukat (975 mg). American Heart Association merekomendasikan kita untuk mengonsumsi 4.700 mg potasium setiap hari untuk mengurangi risiko penyakit jantung. (LKA,20/02/2013)
 
Cuci Darah Paling Banyak Ditalangi Jamkesmas
 
Penyakit gagal ginjal stadium akhir yang membutuhkan dialisis atau cuci darah menjadi penyakit yang paling banyak dibiayai negara melalui program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).
"Angkanya saya tidak tahu persis tetapi gagal ginjal menjadi penyakit tertinggi. Jamkes banyak menerima tagihan cuci darah," kata Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi, di Jakarta (Jum’at,19/4/13).
Penyakit ginjal stadium akhir berarti ginjal sudah sampai taraf fungsinya harus digantikan oleh dialisis atau cuci darah, atau alternatif lain berupa cangkok ginjal.
Penyebab utama penyakit ini adalah diabetes melitus, tekanan darah tinggi, serta berbagai penyakit ginjal lainnya.
Penggunaan bahan pangan berbahaya, seperti yang menggunakan formalin, boraks, serta pewarna tekstil juga bisa merusak ginjal.
Pangan yang menggunakan bahan kimia berbahaya biasanya memiliki tampilan fisik lebih baik seperti berwarna lebih cerah, renyah, atau kenyal.
(RW,19/4/13)

Untuk membantu penderita gagal ginjal khususnya diwilayah Kota Bandung dan sekitarnya, RSAU dr. M. Salamun membuka Unit Pelayanan Hemodialisis (Cuci Darah) yang ditangangi langsung oleh dr. Haneng Marisangan, SpPD beserta tim yang terlatih dan siap setiap saat.
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. LINGKUNGAN BERSAMA KITA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger