PROF. THOMAS DJAMALUDDIN MENERIMA PENGHARGAAN SARWONO AWARD KE-XII DARI LIPI

Senin, 26 Agustus 20130 komentar



Awalnya ketertarikan Profesor Thomas Djamaluddin pada Unindentified Flying Objects (UFO) sejak sekolah menengah dibacanya dari majalah ilmiah populer. Penasaran Thomas akan benda-benda asing di luar angkasa itu dikejarnya melalui sains serta menyelaraskannya dengan agama yang dianutnya, Islam.

"Saya tertantang untuk mengetahui kehidupan lain di luar Bumi yang pada tahun 1970-an hingga 1980-an awal sedang marak cerita tentang Unidentified Flying Object atau UFO. Saat kelas satu SMA saya banyak membaca buku tentang UFO dan akhirnya menulis artikel, 'UFO: Bagaimana Menurut Agama? yang terbit dalam majalah 'Scientiae' pada 1979," kisah Thomas yang meraih gelar profesor riset dari LIPI pada Desember 2010 ini.

Hal itu disampaikan Thomas usai menerima penghargaan Sarwono Prawirohardjo Award (Sarwono Award) ke-XII dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Gedung LIPI, Jl Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, Jumat (23/8/2013).

Tidak puas dengan karya perdananya itu, pria kelahiran Purwokerto, 23 Januari 1962 ini semakin tergugah untuk mendalami astronomi. Berbagai buku dibacanya tetapi tidak cukup memuaskan dahaga keingintahuannya.

"Sedikit demi sedikit saya mengenal astronomi saat kuliah di Astronomi ITB. Saat itu saya masuk tanpa tes dalam seleksi Proyek Perintis II," kenangnya bangga.

Tak cuma melulu kuliah dan belajar, Thomas, juga bergiat di kerohanian Islam di Masjid Salman ITB dan menjadi mentor di masjid itu selama 13 semester. Mendalami ilmu pengetahuan astronomi di bangku kuliah dan agama di luar jam kuliah, Thomas menemukan bahwa dalam Islam ternyata prinsip-prinsip astronomi juga dipakai. Seperti gerhana matahari dan bulan, penentuan waktu salat, penentuan kalender Islam. Ia sangat tergerak untuk memadukan astronomi dengan Islam.

"Saya jadikan sains dan Islam sebagai bagian diri saya," tutur pria yang mendalami astronomi hingga meraih gelar doktor di Department of Astronomy, Kyoto University, Jepang dengan beasiswa Monbusho ini.

Buah pengetahuannya itu dibagikan kepada publik dengan menuliskan artikel bertema astronomi di koran-koran nasional. Ratusan artikel ditulisnya sejak tahun 1983 hingga sekarang. Thomas juga selalu melayani bila masyarakat bertanya mengenai fenomena-fenomena luar angkasa yang sedang dan akan terjadi.

Mengenai penghargaan dari LIPI ini, ia merasa bahwa dirinya belum melakukan penemuan penting dalam bidang astronomi dan astrofisika.

"Bagi seorang ilmuwan, penghargaan itu nomor dua. Yang utama adalah kepuasan mendapat jawaban atas pertanyaan," imbuhnya.
Menurutnya semua orang di Indonesia dapat menjadi ilmuwan di segala bidang. Keterbatasan fasilitas bukanlah halangan untuk mendapat ilmu. "Yang penting itu kemauan, ilmuwan sejati dapat berkarya di manapun dalam kondisi apapun. Oleh karenanya jangan hanya puas dengan pendidikan di sekolah, cari ilmu di manapun," pesan dia (Bagus Prihantoro Nugroho – detikNews).

Keberhasilannya dapat dijadikan contoh bagi sedulur Ngapak

Re post by Bio
Share this article :
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. LINGKUNGAN BERSAMA KITA - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger